Rabu, 15 Juni 2011

Pelayanan Akademik yang Sangat Merugikan Mahasiswa

WHY??? Kalian pasti bertanya mengapa saya memberikan judul blog saya seperti ini. Tak apa kalian semua dibuat kebingungan, memang post-an saya kali ini pengkritisan terhadap system pelayanan akademikdi lingkungan kampus saya. Tak perlu saya sebutkan merk-nya ya, coz nanti bisa disalahgunakan hahaha.

Saya beberapa hari ini sedang disibukkan dengan mengurus syarat-syarat beasiswa, disalah satu persyaratannya diharuskan menyertakan tanda tangan WaDek. Saya mulai mengejar tanda tangan Pak WaDek pada hari senin, 13 Juni 2011. Saya kekantor beliau dengan dua teman saya. Kami meminta secara baik-baik, namun karena kurang surat pengantar dari jurusan, maka beliau berkeberatan untuk menandatanganinya.
Saya akhirnya meminta surat pengantar kejurusan, namun pihak jurusan melemparkannya ke pihak akademik fakultas. Kemudian saya langkahkan kaki saya menuju akademik, sekaligus saya berniat melegalisir KHS yang telah saya print sendiri (dengan harapan tidak perlu bayar lagi). Saya meminta cap kepada pihak terkait, pertama-tama print2an saya diperiksa kevalidannya. Pihak akademik bahkan mengeprintkan KHSnya untuk menyocokkan nilainya. Setelah dinyatakan valid, kertasnya dibuang begitu saja. Dan yang lebih kejamnya lagi, saya tetap harus membayar 3000rb rupiah untuk uang capnya.



Sungguh keterlaluan ya, apalagi saat itu persediaan uang saya sedang benar2 sekarat. Kemudian saya menuju ke loket sebelahnya. Saya meminta surat pengantar untuk tanda tangan WaDek. Dan kalian tahu saya disuruh apa??? Saya disuruh memotocopy slip BOP sebagai lampiran. Busyet dahhh,,, gak bisa apa ya mereka nge-cek apakah mahasiswa tersebut telah membayar BOP apa belum.

Keesokkan harinya saya mengambil surat pengantar tersebut, dengan langkah pasti saya menuju kantor WaDek. Sampai disana, surat pengatar yang saya bawa itu bukanlah surat yang diminta WaDek. Saya menerangkan, bahwa pihak jurusanlah yang menuntun saya ke pihak akademik. Lalu pak WaDek menelpon pihak jurusan dan meluruskan apa yang seharusnya terjadi. Saya segera disuruh melengkapi semua berkas yang ada dan meminta surat pengantar.

Dengan langkah berat saya menuju kosan, saya melengkapi semua berkas yang dirasa kurang. Lalu saya kembali kekampus dan menuju jurusan. Hati saya cukup bimbang karena saya kenal baik dengan administrasi jurusa, namun karena saya, beliau jadi kena semprot Pak WaDek. Tapi sekali lagi saya tekadkan hati saya, bahwa ini sesuai prosedur dank arena kesalahan beliaulah hal ini bisa terjadi. Saya memberanikan diri meminta surat tersebut, dengan segera beliau mengatakan ‘kamu toh yang tadi ketemu Pak WaDek, saya jadi kena semprot’. Saya segera meminta map dan untungnya beliau dengan baik hati mau tersenyum kembali kepada saya. ^^

Setelah surat pengantar sudah jadi, saya menunggu Kepala Jurusan untuk menandatanganinya. Untunglah beliau orang yang sangat ramah, sehingga segala akses yang berhubungan dengan jurusan jauh lebih mudah. Setelah semua berkas lengkap, saya kembali menuju kantor WaDek. Sepertinya Pak WaDek telah hapal dengan nama saya, karena sudah tiga kali berturut-turut saya menemui beliau hahaha.

Untuk beasiswa kali ini sangatlah merepotkan saya, sungguh sangat ribet dan banyak embel-embelnya. Namun satu hal yang semakin saya yakini ialah, pelayanan di kampus saya sungguh memberatkan pihal mahasiswa, dengan tariff 3000 rupiah per tandatangan dan cap, sungguh dirasa terlalu mahal. Alangkah baiknya bila pihak fakultas lebih arif dalam memberikan tariff. Karena tidak semua mahasiswa adalah orang mampu.

Saya harap tulisan saya ini dapat membuka mata semua orang yang membacanya, bahwa di didalam system pendidikkan pun terdapat system ekonomi. sungguh sangat disayangkan >,<


by:norway

0 komentar:

Posting Komentar