Jumat, 04 Juni 2010

Dilarang Berhenti di Belakang Bus


Saya baru belajar mengendarai sepeda motor beberapa bulan belakangan ini. Jadi saya masih senang-senangnya mengantarkan oprang-orang kekos mereka. Setelah mulai memahami situasi jalan di Jogjakarta, saya menjadi mengetahui satu rahasia yang harus diketahui setiap pengendara sepeda motor, yakni: ‘dilarang berhenti dibelakang bus’ apabila kita sedang berhenti dilampu merah. Saya meyakini hal ini karena saya mengalaminya sendiri. Pada suatu hari yang sangat terik, saya berhenti dilampu merah tepat dibelakang sebuah bus. Saya berinisiatif berhenti disitu karena tempat itu kosong. Sebagai pengendara yang baru belajar, tentu saja saya sangat senang. Karena hal itu sangat memudahkan saya untuk berhenti, layaknya seorang musafir menemukan sumber air ditengah gurun. Namun apa daya itu hanya fatamorgana, karena yang saya hadapi selanjutnya adalah semburan asap yang sangat indah dan warnanya yang sangat memukau, ketika bus melaju. Seketika itu juga saya langsung batuk-batuk dan rambut saya yang selalu wangi ini langsung berubah menjadi bau asap. Saya sangat kesal denganbus itu, dan keadaan wajah saya yang memang sudah tak berbentuk ini makin menjadi tak berbentuk sama sekali, karena disembur asap dan menahan kesal. Saya ingin meneriakan “ hehhh pak, mobil bapak ini sudah tidak layak jalan lagi. Polusi udara tau”. Tapi saya hanya bias mendongkol dalam hati, karena saya tidak punya keberanian untuk itu. Itulah hal yang saya ingat selalu apabila berhenti dilampu merah. Dan saya ingin setiap yang membaca tulisan ini akan menjahui bus apabila akan berhenti dilampu merah.

0 komentar:

Posting Komentar